MRI Ini Bisa Deteksi Cedera Kepala, Tumor Hingga Stroke Lho

Ilustrasi Otak Manusia (Gambar oleh H. B. dari Pixabay)

Magnetic Resonance Imaging atau MRI adalah pemeriksaan medis yang menggunakan gelombang magnet dan gelombang radio. Berbeda dengan rontgen atau CT scan, MRI tidak memancarkan sinar radiasi sehingga relatif aman dilakukan.

Biasanya, pemeriksaan MRI dilakukan untuk membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit, merencanakan metode pengobatan, mengevaluasi hasil operasi, dan memantau efektivitas pengobatan. Namun, tidak sedikit pula pasien yang melakukan MRI untuk memindai kondisi kesehatannya.

Terdapat beberapa jenis MRI, salah satunya adalah MRI otak dan saraf tulang belakang. MRI jenis ini dilakukan untuk mendeteksi cedera kepala, tumor, stroke, cedera saraf tulang belakang, hingga kelainan pembuluh darah otak.

Lantas, kapankah usia yang tepat untuk melakukan MRI?

Dokter spesialis bedah Saraf Eka Hospital BSD dan Kepala Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Setyo Widi Nugroho mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada usia pasti untuk wajib melakukan pemeriksaan otak atau brain screening.

Namun, ia menyarankan usia 50 tahun ke atas sebagai usia yang ideal untuk brain screening.

“Ada yang mengatakan bahwa pada usia pertengahan, yaitu usia 30 harus brain screening, tapi sebagian besar berusia 50 tahun ke atas. Ada baiknya usia 50 tahun ke atas itu seseorang pernah memeriksakan pemeriksaan otak,” ujar dr. Setyo kepada wartawan di Jakarta, Senin (13/3/2023).

Setyo mengatakan, pemeriksaan MRI otak dan saraf tulang belakang penting untuk dilakukan guna mendeteksi dini dan segera dilakukan pencegahan bila ditemukan kelainan pada otak, seperti tumor atau kelainan pembuluh darah penyebab stroke.

Selain itu, dr. Setyo juga mengatakan bahwa MRI otak dan saraf tulang belakang cukup dilakukan sekali bila memang tidak ditemukan kelainan pada otak dan saraf tulang belakang. Namun, bila ditemukan kelainan, pemeriksaan MRI perlu dilakukan secara berkala.

“Biasanya sekali itu cukup kalau tidak didapatkan apa-apa. Kalau mau memeriksa lagi, silakan mungkin 10 tahun sekali,” kata dr. Setyo.

“Bukan seperti periksa darah dan lain-lain, brain screening biasanya durasinya panjang. Sekali kita periksa, kecuali kalau ternyata kita mendapatkan sesuatu maka tentunya dilakukan pemeriksaan secara berkala,” lanjutnya.

Bila seseorang mengalami sejumlah gejala, seperti migrain; vertigo; hingga kejang yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang singkat, dr. Setyo menyarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*